10 Tahun Diversifikasi PG Ngadirejo, Ubah Ampas Tebu Jadi Listrik

Ekonomi dan Bisnis

Minggu, 26 Maret 2023 18:19 WIB

Pabrik Gula (PG) Ngadirejo Kediri melakukan terobosan-terobosan sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Terobosan tersebut di antaranya diversifikasi usaha dengan menjual listrik melalui program co-generation (cogen) pengolahan ampas tebu menjadi sumber listrik.

Plt Direktur PG Ngadirejo, Sugianto mengatakan program diversifikasi usaha pabrik gula ini telah dirintis sejak tahun 2011. Dalam kerjasama dengan PLN, PG Ngadirejo telah memasok listrik sebesar 20 Megawatt.

"Sebenarnya sudah lama dan kita di bawah PTPN telah mengembangkan ini bersama PG Tjoekir (Jombang) 10 MW, dan PG Gempolkrep (Mojokerto) 20 MW," kata dia.

Program ini, menurut Sugianto, adalah mengolah ampas tebu sisa penggilingan menjadi energi listrik. Seluruh proses tersebut dikerjakan dengan memanfaatkan kelebihan tenaga turbin yang dimiliki Pabrik Gula Ngadiredjo.

Menurut Sugianto, pabrik gula yang memiliki turbin besar diperkenankan menjual listriknya kepada PLN. Sedangkan nilai jualnya ditetapkan oleh Kementerian Energi Sumber Daya dan Mineral yang disepakati PLN. Program ini diharapkan bisa memproduksi energi listrik untuk keperluan komersial secara berkelanjutan.

PTPN mengaku telah mendorong seluruh pabrik gula di wilayahnya untuk melakukan diversifikasi usaha. Selain memproduksi listrik, perusahaan pelat merah ini juga tengah merampungkan pabrik bioetanol berkapasitas 30 ribu kiloliter dengan nilai investasi Rp 467,79 miliar di Pabrik Gula Gempolkerep, Mojokerto.

Bioetanol itu diproduksi dengan bahan baku tetes tebu yang akan disuplai oleh seluruh pabrik gula di wilayah PTPN X. "Selain menghemat biaya produksi, kita dorong untuk menghasilkan produk selain gula," katanya.

Sugianto mengklaim program cogen sendiri berhasil menekan biaya produksi berupa pembelian bahan bakar minyak yang cukup besar. Biaya pembelian bahan bakar minyak untuk 11 pabrik gula sebesar Rp 130 miliar pada tahun 2008 berhasil ditekan menjadi Rp50 miliar pada tahun 2009.

Angka itu terus menurun menjadi Rp30 miliar pada tahun 2010 dan hanya Rp8 miliar pada tahun 2011. Dan tahun ini ditargetkan biaya pembelian BBM tinggal Rp 4 miliar.

Produksi listrik adalah bagian dari perwujudan industri berbasis tebu (sugarcane based industry) terintegrasi yang menggarap diversifikasi produk, terutama bioetanol berbahan baku tetes tebu dan produksi listrik berbasis ampas tebu.

Sebagaimana di negara-negara produsen gula utama dunia, pabrik gula yang ada telah menjual bioetanol dan listrik. Di negara produsen utama gula seperti Brasil, Thailand, dan India, diversifikasi produk telah lama dilakukan.

Saat harga gula dunia rendah, industri gula di sana bisa tetap stabil karena mengandalkan pendapatan dari listrik, bioetanol, dan produk turunan lain.

Di Brasil, pabrik gula (PG) yang ada bisa menghasilkan listrik lebih dari 3.000 MW. Sekitar 20 persen kebutuhan energi Brasil ditopang energi baru terbarukan berbasis tebu, terutama bioetanol. PG-PG India telah mampu memproduksi listrik sedikitnya 2.200 MW, dengan daya yang dikomersialkan 1.400 MW.

Ke depan, upaya diversifikasi produk nongula bakal semakin berkembang. Apalagi, pemerintah sekarang sangat concern mendorong penggunaan energi baru terbarukan, yang antara lain bisa diandalkan dari tebu.

Sugianto menambahkan, diversifikasi produk adalah keharusan jika industri gula di Indonesia masih ingin berkembang. Jika mengandalkan pendapatan dari gula tentu akan sangat terbatas, mengingat gula adalah komoditas yang pergerakan harganya selalu diintervensi pemerintah. Apalagi, biaya produksi semakin meningkat.

”Perlu ditekankan bahwa upaya diversifikasi produk ini tidak mengganggu peningkatan produksi gula untuk mengejar swasembada. Justru dengan diversifikasi produk, sistem kerja dan mesin dituntut lebih andal. Sehingga pararel dengan upaya peningkatan produksi gula,” jelasnya.

Keberhasilan diversifikasi produk juga merupakan indikator kesuksesan revitalisasi pabrik gula. Misalnya, pabrik gula yang bagus mesti bisa menghasilkan ampas tebu dalam jumlah cukup sebagai bahan bakar untuk menggerakkan mesin.

Kelebihan ampas itu pula yang bisa diolah menjadi listrik untuk kemudian dijual ke PLN. "Maka, pabrik gula yang belum bisa diversifikasi berarti belum ideal operasionalnya," kata dia.

Tim Editor

Witanto

Reporter & Editor

Berita Terkait

Kamis, 28 Maret 2024 11:55

Prihatin, BRI Edukasi Keamanan Oprasional dan Transaksi Perbankan

Kamis, 28 Maret 2024 07:14

Jelang Lebaran, Pemkot Surabaya Pastikan Stok Elpiji 3 Kg Aman

Rabu, 27 Maret 2024 19:22

Kemendag Ungkap Sebab Naiknya Harga Daging Ayam

Selasa, 26 Maret 2024 09:58

Ramadan, DKPP Kota Kediri Awasi Harga Kebutuhan Pokok di Pasar

Bagikan Berita :